1. PSIKOLOGI ITU ILMU PASTI!
Baru tahu ya kalau psikologi itu ilmu pasti? Yups.. psikologi hadir berawal dari penelitian Wilhelm Wundt. Seseorang yang sekarang dijuluki bapak psikologi. Memang sih.. sejarahnya dulu psikologi ikut ilmu filsafat yang hakekatnya berpikir. Tetapi waktu Wilhelm Wundt meneliti, akhirnya psikologi jadi disiplin ilmu tersendiri.
Banyak kawan-kawan Mimin (Non Akademisi Psikologi) yang sering menganggap mimin bisa membaca pikiran. Terus ujung-ujungnya menyamakan mimin dengan dukun dan pada akhirnya mimin sedikit tersinggung. Lama kelamaan.. ya sudah biasa karena mimin sadar bahwa orang yang ngomong tersebut tidak tahu psikologi. Sebenarnya Psycho Fams, tidak ada yang bisa membaca pikiran secara langsung, kecuali orang yang diberikan oleh Tuhan keistimewaan (Gift). Akademisi psikologi membaca pikiran orang dari perilakunya. Mengamati kebiasaannya dan menginterpretasi (menafsirkan) sesuai dengan panduan yang tertulis di buku. Hal tersebut kemudian berulang-ulang dilakukan.
Kebiasaan belajar seperti itulah membuat akademisi psikologi menjadi orang yang mampu membaca pikiran orang lain.
2. INTROPEKSI DIRI = MENGENAL DIRI
Nah.. ini nih yang terpenting. Harus mengenal diri sendiri! Kita pasti tidak suka kan disakit? Yups.. maka jangan menyakiti orang lain. Kita juga senang kan dihargai? Yups.. maka hargailah orang lain.
Ada istilah keren di psikologi yang digunakan oleh konselor ahli. Istilah tersebut adalah "Proyeksi". Setiap gerakan kita akan memproyeksikan diri kita sendiri dan juga seringkali memproyeksikan orang lain.
Loh kok bisa?
Ya bisa. Kita sama manusianya. Walaupun kita mengakui ada perbedaan kepribadian antara orang satu dengan orang lain, tetapi kita tidak boleh memungkiri persamaan kita dengan orang lain.
Kalau boleh sarankan nih, cara berpikirnya harus 'holistik atau holisme'. Apa itu? Kalau menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) : holisme/ho·lis·me/ n cara pendekatan terhadap suatu masalah atau gejala, dengan memandang masalah atau gejala itu sebagai suatu kesatuan yang utuh. Nah.. setiap orang (termasuk diri sendiri) harus kita pandang secara utuh mulai dari kebaikannya, kejelekannya, kekurangannya, kelebihannya, kesalahannya, kebenarannya, dan lain-lain.
3. PERBANYAK OBSERVASI (PENGAMATAN)!
Ketika belajar psikologi pertama kali, berlatihlah terus menerus dalam mengamati orang lain. Mulai dari yang gerakan terkecil sampai gerakan yang besar. Semuanya harus dilihat sedetil mungkin. Kemudian, hasil pengamatan kita catat di kertas atau media lain. Setelah itu barulah kita tafsirkan (interpretasi) sesuai dengan panduan (buku psikologi) yang kita miliki
Lakukan hal tersebut secara berulang-ulang. Jangan lupa juga untuk diskusi atau sharing dengan kakak kelas yang sudah terlebih dahulu belajar psikologi. Perpaduan ilmu pengamatan yang didapat dari lapangan, buku panduan serta dari pengalaman kakak kelas, akan lebih mempertajam kemampuan pengamatan kamu di lapangan. Tetapi tetap harus diingat bahwa faktor latihanlah yang utama.
4. BACA BUKU PSIKOLOGI
Bacalah buku psikologi sebanyak yang kamu mampu. Orang yang hanya mengandalkan pemikirannnya (perenungannya) saja, tidak akan mampu untuk membuat kemajuan. Mengapa? Karena orang yang hanya mengandalkan perenungannya, bisa jadi segala hasil perenungannya tersebut bersifat subyektif dan sempit.
Dengan membaca buku, sebenarnya kita sedang memahami setiap pengalaman peneliti/penulis pada saat meneliti di lapangan dan dari buah pikirnya yang didapat dengan cara membaca juga. Bagi ilmuwan atau profesi psikologi pun, membaca termasuk dalam kewajiban sehari-hari yang harus dilakoni. Mulai membaca jurnal penelitian, membaca buku yang penulis/pengarangnya ilmuwan atau profesi psikolog lainnya, dll.
5. DISKUSI DENGAN AHLI
Kamu-kamu yang sekarang masih menjadi mahasiswa semesster muda, banyak-banyak belajar deh dari kakak kelas atau dosen secara privat. Dengan cara ini, kamu-kamu akan lebih cepat memahami psikologi dan juga selalu ada penyemangat untuk belajar psikologi.
Selain itu, yang terpenting! Dengan kita berdiskusi pada orang yang lebih ahli, pemahaman kita lebih terarah dibanding dengan orang yang tidak berdiskusi dengan para ahli.
Bagi kamu yang masih malu-malu, takut atau apalah, segera buang jauh-jauh pemikiran tersebut. Sangat rugi loh kalau gak berdiskusi dengan para ahli (kakak kelas dan dosen)
6. DON'T JUDGE!
Psycho Fams! Berhenti menyebut diri punya gangguan A, atau gangguan B, atau gangguan yang lain. Sejujurnya.. setiap orang yang belajar psikologi di bangku kuliah, tidak diperkenankan menjustifikasi (memberikan penilaian) diri sendiri atau orang lain mengenai gangguan atau penyakit jiwa kecuali mereka yang udah memiliki Surat Sebutan Psikolog atau Psikiater (Dokter Spesialis Jiwa)
Ketika kita menjustifikasi diri dengan hanya informasi sekilas yang ada di internet dan tanpa dasar yang jelas, sebenarnya kita memberikan label negatif pada diri sendiri. Kalau sudah memberikan label negatif kepada diri sendiri, bisa jadi merusak Cara Berpikir kita. Walhasil... semua yang seharusnya bisa belajar psikologi menjadi kacau pikirannya hanya karena memilikirkan gangguannya tersebut.
Kalau pengen tahu diri sendiri memiliki gangguan atau tidak, lebih baik datang langsung ke Psikolog atau ke Psikiater.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar