Selasa, 27 September 2016

SELF TALK


 
 
 
 
 
 
 
 
Apaan sih? Dia yang salah kok! Bukan aku! Dia sendiri yang suka ngisengin, eh..diisengin balik dia nangis! Masa' iya? Ada orang seegois itu? Semuanya harus sesuai keinginan dia gitu? Ih.. masih ada ya orang macam itu? Pengen menang sendiri!"

Pernah gak self talk seperti itu? Atau seperti ini..

"Ini anak... gak pernah berubah! Selalu aja bikin masalah! Pengen sekali nonjok muka dia yang nyebelin seperti itu. Gak cakep, sok-sokan lagi. Emang sih dia pinter suka bantu orang lain. Tapi.. aku rasa dia hanya cari muka!"

Kalau iya, Mimin ucapkan selamat! Bahwa kamu memiliki kemampuan intropeksi diri yang sangat kuat. Nah loh?

Stop berprasangka dulu ya?

Coba kita pahami. Self talk atau ngomong dengan diri sendiri adalah satu dari sekian kemamuan yang dapat kita gunakan untuk membentuk pribadi yang kuat dan tanngguh. Kemampuan ini, jika diasah dengan baik, menjadikan kita orang yang sangat peka terhadap kesedihan orang lain. Ingat ya? Syaratnya diasah dengan baik!

Perihal self talk yang dicontohkan Mimin di atas, kalau dilihat isinya memang jauh dari kata baik. Tetapi.. perlu disadari bahwa self talk adalah kelebihan yang harus diasah dengan baik. Semisal seperti contoh di bawah ini :

"Hari ini aku sudah melakukan apa saja ya? Ini sudah itu sudah. Apakah yang aku lakukan ini bermanfaat bagi orang lain? Semoga saja iya. Tapi.. apakah sikapku tadi tidak berlebihan ama si dia? Kok rasanya ada yang ganjal ya? Teruss... Apa iya dia yang salah? Jangan-jangan aku melakukan pembenaran diri lagi? Yasudahlah.. Aku belum begitu jelas tahu aku yang benar atau dia. Besok saja aku tanyakan ke dia. Biar gak jadi prasangka buruk. Sekarang.. aku maafkan diriku sendiri. Aku maafkan segala kesalahan teman-temanku yang melakukan kesalahan kepadaku. Aku juga berterima kasih dan mendoakan mereka agar setiap jengkal langkahnya adalah kebaikan yang bermanfaat bagi orang lain. Terima kasih juga pada Tuhan yang selalu ada untukku."

Nah... kalau sudah mengasah self talk setiap hari dengan cara yang baik, pasti nanti menjadi kebiasaan yang baik juga. Bahkan! Bisa jadi mengubah sudut pandang serta sifat dan sikap kita yang selama ini dirasa kurang menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain.

Latih! dan Latih! Self Talk dengan cara yang baik terus menerus. Semoga menjadi kebiasaan yang positif bagi kita. Daaaan... satu hal lagi. STOP! Menginginkan Hasil yang INSTAN!
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Kamis, 15 September 2016

TIPS BELAJAR PSIKOLOGI (#1)


 
1. PSIKOLOGI ITU ILMU PASTI!

Baru tahu ya kalau psikologi itu ilmu pasti? Yups.. psikologi hadir berawal dari penelitian Wilhelm Wundt. Seseorang yang sekarang dijuluki bapak psikologi. Memang sih.. sejarahnya dulu psikologi ikut ilmu filsafat yang hakekatnya berpikir. Tetapi waktu Wilhelm Wundt meneliti, akhirnya psikologi jadi disiplin ilmu tersendiri.

Banyak kawan-kawan Mimin (Non Akademisi Psikologi) yang sering menganggap mimin bisa membaca pikiran. Terus ujung-ujungnya menyamakan mimin dengan dukun dan pada akhirnya mimin sedikit tersinggung. Lama kelamaan.. ya sudah biasa karena mimin sadar bahwa orang yang ngomong tersebut tidak tahu psikologi. Sebenarnya Psycho Fams, tidak ada yang bisa membaca pikiran secara langsung, kecuali orang yang diberikan oleh Tuhan keistimewaan (Gift). Akademisi psikologi membaca pikiran orang dari perilakunya. Mengamati kebiasaannya dan menginterpretasi (menafsirkan) sesuai dengan panduan yang tertulis di buku. Hal tersebut kemudian berulang-ulang dilakukan.

Kebiasaan belajar seperti itulah membuat akademisi psikologi menjadi orang yang mampu membaca pikiran orang lain.

2. INTROPEKSI DIRI = MENGENAL DIRI

Nah.. ini nih yang terpenting. Harus mengenal diri sendiri! Kita pasti tidak suka kan disakit? Yups.. maka jangan menyakiti orang lain. Kita juga senang kan dihargai? Yups.. maka hargailah orang lain.

Ada istilah keren di psikologi yang digunakan oleh konselor ahli. Istilah tersebut adalah "Proyeksi". Setiap gerakan kita akan memproyeksikan diri kita sendiri dan juga seringkali memproyeksikan orang lain.

Loh kok bisa?

Ya bisa. Kita sama manusianya. Walaupun kita mengakui ada perbedaan kepribadian antara orang satu dengan orang lain, tetapi kita tidak boleh memungkiri persamaan kita dengan orang lain.

Kalau boleh sarankan nih, cara berpikirnya harus 'holistik atau holisme'. Apa itu? Kalau menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) : holisme/ho·lis·me/ n cara pendekatan terhadap suatu masalah atau gejala, dengan memandang masalah atau gejala itu sebagai suatu kesatuan yang utuh. Nah.. setiap orang (termasuk diri sendiri) harus kita pandang secara utuh mulai dari kebaikannya, kejelekannya, kekurangannya, kelebihannya, kesalahannya, kebenarannya, dan lain-lain.

3. PERBANYAK OBSERVASI (PENGAMATAN)!

Ketika belajar psikologi pertama kali, berlatihlah terus menerus dalam mengamati orang lain. Mulai dari yang gerakan terkecil sampai gerakan yang besar. Semuanya harus dilihat sedetil mungkin. Kemudian, hasil pengamatan kita catat di kertas atau media lain. Setelah itu barulah kita tafsirkan (interpretasi) sesuai dengan panduan (buku psikologi) yang kita miliki

Lakukan hal tersebut secara berulang-ulang. Jangan lupa juga untuk diskusi atau sharing dengan kakak kelas yang sudah terlebih dahulu belajar psikologi. Perpaduan ilmu pengamatan yang didapat dari lapangan, buku panduan serta dari pengalaman kakak kelas, akan lebih mempertajam kemampuan pengamatan kamu di lapangan. Tetapi tetap harus diingat bahwa faktor latihanlah yang utama.

4. BACA BUKU PSIKOLOGI

Bacalah buku psikologi sebanyak yang kamu mampu. Orang yang hanya mengandalkan pemikirannnya (perenungannya) saja, tidak akan mampu untuk membuat kemajuan. Mengapa? Karena orang yang hanya mengandalkan perenungannya, bisa jadi segala hasil perenungannya tersebut bersifat subyektif dan sempit.

Dengan membaca buku, sebenarnya kita sedang memahami setiap pengalaman peneliti/penulis pada saat meneliti di lapangan dan dari buah pikirnya yang didapat dengan cara membaca juga. Bagi ilmuwan atau profesi psikologi pun, membaca termasuk dalam kewajiban sehari-hari yang harus dilakoni. Mulai membaca jurnal penelitian, membaca buku yang penulis/pengarangnya ilmuwan atau profesi psikolog lainnya, dll.

5. DISKUSI DENGAN AHLI

Kamu-kamu yang sekarang masih menjadi mahasiswa semesster muda, banyak-banyak belajar deh dari kakak kelas atau dosen secara privat. Dengan cara ini, kamu-kamu akan lebih cepat memahami psikologi dan juga selalu ada penyemangat untuk belajar psikologi.

Selain itu, yang terpenting! Dengan kita berdiskusi pada orang yang lebih ahli, pemahaman kita lebih terarah dibanding dengan orang yang tidak berdiskusi dengan para ahli.

Bagi kamu yang masih malu-malu, takut atau apalah, segera buang jauh-jauh pemikiran tersebut. Sangat rugi loh kalau gak berdiskusi dengan para ahli (kakak kelas dan dosen)


6. DON'T JUDGE!

Psycho Fams! Berhenti menyebut diri punya gangguan A, atau gangguan B, atau gangguan yang lain. Sejujurnya.. setiap orang yang belajar psikologi di bangku kuliah, tidak diperkenankan menjustifikasi (memberikan penilaian) diri sendiri atau orang lain mengenai gangguan atau penyakit jiwa kecuali mereka yang udah memiliki Surat Sebutan Psikolog atau Psikiater (Dokter Spesialis Jiwa)

Ketika kita menjustifikasi diri dengan hanya informasi sekilas yang ada di internet dan tanpa dasar yang jelas, sebenarnya kita memberikan label negatif pada diri sendiri. Kalau sudah memberikan label negatif kepada diri sendiri, bisa jadi merusak Cara Berpikir kita. Walhasil... semua yang seharusnya bisa belajar psikologi menjadi kacau pikirannya hanya karena memilikirkan gangguannya tersebut.

Kalau pengen tahu diri sendiri memiliki gangguan atau tidak, lebih baik datang langsung ke Psikolog atau ke Psikiater.
 

Lets Share Happiness With Psychology ;) | Need Information? Please Whatsapp : 085731370637 | BBM :5F121DF5. Follow Our INSTAGRAM and Like Our FACEBOOK. :D

#LapakPsikologi #Psikologi

LAPAK PSIKOLOGI

6 Rahasia Membaca Pikiran Ala Anak Psikologi





Anak Psikologi Tidak Dapat Membaca Pikiran
Anak psikologi selalu diidentikkan dengan membaca pikiran. Tak jarang, banyak orang yang bertemu dengan anak psikologi selalu ingin dibaca dirinya (dibaca : diberitahu kepribadiannya) atau justru lari ketakutan karena tidak ingin kepribadiannya diketahui. Walhasil anak psikologi dari semester bawah sampai semester atas harus terbiasa dengan itu semua.

Tetapi, apakah benar anak psikologi dapat membaca pikiran?

Kenyataannya anak psikologi tidak dapat membaca pikiran orang lain. Hanya orang-orang yang memiliki kemampuan supranatural yang mungkin dapat membaca secara langsung pikiran orang lain. Sedangkan anak psikologi mencoba memahami kecenderungan perilaku orang yang ada di sekitar mereka. Cara-cara yang mereka gunakan untuk memahami kecenderungan perilaku :

  1. Teori psikologi : Hampir semua teori yang dipelajari anak psikologi, menjelaskan tentang kecenderungan manusia itu sendiri. Mereka mempelajari tidak hanya pada satu aspek saja. Melainkan dari berbagai macam aspek seperti perkembangan manusia, sosial, individu, medis dan lain sebagainya.
  2. Mencocokkan pengalaman : Seringkali mahasiswa psikologi curcol kepada dosen ketika pelajaran berlangsung. Mereka menceritakan pengalaman yang mereka alami sendiri atau pengalaman orang lain yang diceritakan pada dirinya untuk dicarikan solusi yang tepat. Dengan cara ini, anak psikologi tahu kemungkinan-kemungkinan pribadi orang lain dari masalah yang dialami orang tersebut.
  3. Observasi : Untuk memperkuat keyakinan mereka, anak psikologi tak jarang mengamati perilaku orang-orang di sekitarnya mulai dari yang terkecil hingga perilaku yang tampak sangat jelas.
  4. Wawancara : Moment tanya jawab juga digunakan anak psikologi untuk menggali kepribadian orang yang mereka ajak bicara. Biasanya anak psikologi menggunakan bahasa yang persuasif kepada lawan bicaranya.
  5. Tugas Dari Dosen : Ini salah satu pembentuk yang paling penting. Anak psikologi ditempa kemampuannya dari tugas-tugas dari dosen yang hampir keseluruhannya harus turun ke lapangan.
  6. Sharing pengalaman : Anak psikologi selalu memiliki ciri khas masing-masing. Mereka mempelajari satu sub disiplin psikologi secara matang. Setelah itu, mereka berbagi dengan teman sejawatnya untuk mengetahui perkembangan sub disiplin psikologi lainnya. Dengan berbagi pengalaman inilah anak psikologi mengetahui kecenderungan perilaku orang lain dari berbagai sudut pandang
Bagi mereka yang belajar psikologi, walaupun memahami kecenderungan perilaku orang lain, mereka tidak dapat membaca pikiran siapapun. Selain itu, anak psikologi juga terikat oleh kode etik psikologi agar tidak bertindak sewenang-wenang dengan menyalahgunakan psikologi pada orang disekitarnya. Anak psikologi bukanlah dukun yang dapat membaca pikiran. Mereka akademisi yang belajar dari penelitian para ilmuwan psikologi dan pengalaman yang mereka dapat.
 

Lets Share Happiness With Psychology ;) | Need Information? Please Whatsapp : 085731370637 | BBM :5F121DF5. Follow Our INSTAGRAM and Like Our FACEBOOK. :D

#LapakPsikologi #Psikologi